Posted by : Honesta swandaru
Jumat, 31 Oktober 2014
Prasbharaku, Selalu Ada
di Hati
Oleh : Honesta Swandaru (XI IPA 5 (15))
Seorang Prasbhara
Selalu bisa melakukan segala hal. Dari hal sepele sampai menangkap seorang
Kriminal. Tanpa mereka, Para Polisi tidak akan berani untuk meninggalkan suatu TKP tanpa pengawasan. Dimanapun
dan kapanpun, Para Prasbhara selalu ada dan dapat menyelesaikan masalah mereka
masing-masing. Mereka memang dilatih untuk hal-hal seperti itu. Namun, Hal yang
kualami berbeda 180 derajat.
Bel sekolah pun
berbunyi nyaring sekali petanda waktunya pulang. Aku segera mengemasi bukuku
dan memasukkannya ke tas berwarna merah marun. Aku pun menyadari buku tugasku
menghilang. Aupun mencarinya sampai menemukannya, Tanpa bantuan teman-temanku sekelas.
Lalu aku menemukannya telah terendam dalam air kolam. Setelah aku memasukkannya
dan bersalaman dengan Guruku, Aku segera menuju ruang parkir dan mengambil
motorku bermerek Beat Honda yang berwarna hitam diselingi denga merah dan
menemui kertas yang mengejekku. Aku pun segera memasukkannya, segera memakai
helmku dan menuju ke sekolah lain dimana teman-temanku berkumpul. Dan disanalah
mereka ada. Teman-temanku yang satu-satunya. Merekalah yang paling berharga
dalam hidupku. Aku tersenyum melihat mereka tertawa bahagia. Salah satu temanku
langsung mengalihkan pandangannya kepadaku.
“Nah... Sang ‘Calon’
Provost sudah datang....” Kata temanku dengan senyumnya yang menyungging di
mukanya yang membuatku menjadi salah tingkah. Sementara temanku yang berkacamata
berkata. “Dev, Kamu tidak bersalaman dengan kak Gabriel???” Tanya temanku yang
satu ini. Aku pun sempat terdiam memikirkan maksud dari Temanku ini.
“Oh, Iya! Dimana dia,
Rizka?” Kutanyakan hal itu kepada temanku yang satu ini. Rizka langsung
menunjuk Seniorku dengan bukunya. Segera Aku menuju ke tempat demana Dia
berada. Sesampainya disana, Aku lagsung menyalimimya dengan salam yang selalu
kami lakukan.
“Hai, Kak.... Maaf
aku terlambat. Ada suatu hal yang terjadi. Lagi.” Kataku sambil menunjukkan bukuku
yang basah dan kertas yang mengejekku. Kak Gabriel pun mengambilnya dan membacanya
serta menaruh bukuku yang basah ke tempat yang terkena sinar matahari agar
cepat kering. Setelah membacanya, Dia langsung menggeleng-geleng kepalanya.
“Aku akan berusaha
untu memindahkanmu dari kelas kurang ajar itu. Akan kuusahakan kau bisa keluar
dari sana. Aku akan berbicara dengan Kepala Sekolah dan Guru Tatib nanti.
Sekarang Kamu bisa bergabung dengan teman-temanmu.” Katanya sambil menyobek
kertas itu. Akupun segera menuju ke teman-temanku sebelum Kakiku dihentikan
oleh teman sekelasku. Siska dan yang lainnya. Sial! Aku ketahuan kalau aku
kesini untuk ikut kumpulan SAKA!
“Hei cewek kurang kerjaan!
Kurang ajar banget ya kalo kamu kesini Cuma berkumpul dengan anak-anak kampungan
seperti ini! Rasain nih!” Kata Siska sambil menjambak rambutku yang terbungkus
dengan jilbab berwarna hitam dengan kasarnya. Aku pun mengerang kesakitan
bersamaan dengan teman-temanku dan para seniorku bertindak. Dan temanku yang
tersenyum tadi langsung mendorong Siska agar bisa menjauh dariku. Tatapan yang
awalnya senang dan hangat menjadi tajam dan dingin.
“Hei kalian,
Terserah kami mau kumpulan atau tidak... Ini bukan kelas dan sekolahmu. Ini di
sekolah lain! Apakah Orang Tua kalian tidak mengajari kalian Tata Krama, apa?
Kalian nggak malu dilihat orang lain kalau SMA Saint Elegant itu anak-anaknya
sangat nakal apa?” Katanya sambil membentak semua teman sekelasku dengan nada
marah khasnya. Sementara teman Siska, Adit maju untuk membela Siska. “Tapi,
Kami takkan pernah membuat Devi ikut dengan kalian. TITIK!” dan mereka pun
pergi. Akupun dibopong oleh temanku tadi menuju ke tempat dimana Honesty telah bersiaga
untuk mengobatiku.
Oh, Iya. Aku lupa berkenalan.
Aku Devi Nur Rahma. Aku biasa dipanggil Devi. Aku ini Anak SAKA Bhayangkara.
Aku bersekolah di SMA Saint Elegant dan berada di kelas X-IPA 7, Kelas ternakal
di seluruh sekolahku. Mereka menganggap semua kegiatan yang kuikuti adalah
kegiatan SAMPAH. Mereka hanya mementingkan Kesenangan daripada apa yang
dilakukan oleh seorang pelajar pada umumnya. Mereka menghabiskan uang,
berfoya-foya, dan lain sebagainya. Tapi, saat ulangan mereka melakukan hal yang
paling menjijikkan dari seorang pelajar (menurutku). Yaitu MENCONTEK. Mereka
memiliki banyak trik bagaimana para pengawas terkelabui. Jadi, pantas nilai
mereka kebanyakan diatas KKM. Namun, mereka masih kalah denganku. Semua nilaiku
selalu 100 karena aku selalu belajar dan belajar sehingga Aku mendapat Ranking
1 di seluruh kelasku, bahkan seluruh sekolahku. Dan aku sekarang sedang
menyukai Fuad, Orang yang tadi membentak mereka semua. Entah kenapa dia selalu
melindungiku dari mereka semua. Entah kenapa pula Dia selalu tersenyum saat Dia
melihatku dan membuatku salah tingkah. Sepertinya Aku dan Dia mengalam Cinta
Lokasi..... Hei, hei, hei! Kok malah membahas cinta, sih?
“Dev, Kok melamun
saja?” Tanya Honesty, satu-satunya temanku yang memakai kacamata. Dia orang
yang sopan dan pendiam. Namun, kalau sedang marah.... Nggak bisa dibayangin,
deh.... Marahnya si Honesty sangat jarang bagaikan waktu yang termakan untuk
menemukan Harta Karun secara manual. Dia sekolah di SMA Blades, Sekolah dengan anak-anak
prestasi khusus seperti Pramuka, Teater, dan sebagainya. Dia pernah mewakili SMPnya
di JUMBARA Nasional PMR di Bumi Perkemahan Limboto, Gorontalo tahun lalu. Jadi
soal fisik tidak usah ditanya lagi...
“Ah, Eh.. I, Iya... hahaha...
Oh, ya. Semuanya sudah berkumpul, kan?” Tanyaku yag menatap ke arah Honesty dan
Dia pun mengiyakan. Segera aku menuju ke lapangan dan membariskan mereka semua.
“Untuk seluruh rekan
Junior. Pimpinan saya ambil alih. SIAP.... GERAK! SETENGAH LENGAN LENCANG
KANAN.... GERAK!” Seketika teman-temanku segera berkumpul ke tempat dimana Aku
berdiri dan membariskan dirinya. Setelah Aku mengetahui kalau mereka telah berkumpul,
segera kutegakkan tangan mereka dan menuruh mereka untuk mengubah posisi mereka
menjadi posisi duduk. Setelah itu Temanku, Candra membuka suara. “Semuanya
sudah tahu, kan kalau satu bulan lagi Kakak Kita akan mengadakan kemah besar?”.
Kami pun menggangguk
mendengar hal itu. Memang benar, satu bulan lagi Aku dan seman-teman
seangkatanku akan pergi ke Pacitan untuk mengadakan Kemah Besar, suatu Perkemahan
dimana kami akan dites tentang semua materi yang diajarkan kepada Kami selama
ini. Mulai dari materi tulis sampai materi praktek. Kemah Ini diadakan selama 5
hari dan itu pun perlu fisik yang kuat. Maka dari itu, Kami berkumpul saat ini
karena Kami akan mengulang seluruh materi dari awal sampai akhir. Sebenarnya
lebih enak di sekolahku, sih... Tapi, permasalahannya Teman-Temanku tadi akan
mengusir mereka. Maka dari itu, Kami berlatih disini.
“Benar juga.
Kudengar, Peralatan Kita juga cukup banyak. Bagaimana kalau yang mencari barang
hanya satu orang saja, tapi dekat dengan peralatan yang dibutuhkan. Kalau yang
Obat pribadi sih... bawa sediri. Betul, kan Bu Dokter?” Tanya Andre yang
sengaja sedang menyindir Honesty yang mendapat respon berupa lemparan sepatu
dari Honesty. Memang, Honesty memiliki penyakit, yaitu Vertigo. Pernah saat
kita latihan formal, Dia pingsan dan memegang kepalanya. Sampai-sampai Dia
dilarikan ke Rumah Sakit. Lalu setelah mendapat perawatan, Dia kembali ke
tempat kami latihan formal dan mengatakan penyebab Vertigonya kumat. Dan apa
penyebabnya? Kemarin sebelum latihan formal Dia menjadi panitia perkemahan di
SMPnya dan saat mau kesini belum sarapan! Senior pun hanya bisa geleng-geleng
kepala, Alumni hanya ternganga, Kami hanya heran, dan Pamong kami mulai menceramahi
Kami selama 4 jam. Jadi, saat itu Kami pulang sekitar jam 15.30 WIB. Ah... Pengalaman
yang menyebalkan....
“Hahaha..... Tapi,
yang paling dikhawatirkan....” Kata Fuad sambil melihatku dengan tersenyum
(lagi) dan membuatku salting. Semuanya haya bisa tertawa terbahak-bahak karena
kelakuanku yang ‘cukup’ memalukan hanya karena senyum Fuad tadi. Kakak senoir
pun jadi geleng-geleng kepala karenanya. Kak Reva hanya tertawa terbahak-bahak
melihat Aku dan Fuad hanya salting melihat mereka tertawa. Apalagi Kak Hadi dan
Kak Aziz. Mereka tertawa sambil saling menepuk punggung mereka masing-masing.
“Tak disangka kalau Devi yang galak sekali kepada teman-temannya akan
luluh kepada Fuad yang pendiam. Wow... Benar-benar klop!” Kata Kak Indah sambil
menahan tertawanya dengan tangan kanannya. Sementara yang lain hanya bisa
menggodaku dan Fuad sampai muka kami semerah kepiting rebus. Dan lainnya pun
hanya tertawa terbahak-bahak melihat kami hanya bisa salting.
“Hei, anak kampungan!
Jangan sekali kali kau ikut kemah sama anak-anak sialan itu, ya...!” Bentak
Mela sambil memukul bangkuku disaat aku membuat sketsa biologi yang merupakan
tugas dari Pak Rafli. Aku pun berdiri menghadap mela dengan mata tajam
andalanku.
“Memangnya kenapa?
Kamu iri sama Aku yang bisa kemah kemana-kana, hah? Dasar anak pemalas.”
Tanyaku dengan nada sinis yang berguna untuk menyindir Mela. Mela yang merasa
kupingnya memanas hanya bisa meremas tangannya. Sementara Aku mengambil
kuda-kuda yang diajarkan oleh Kak Indah.
“Berani jawab kamu,
ya! Rasain ini!” Teriaknya bersamaan dengan dilayangkannya bogeman yang berakhir
dengan kubantingnya Dia dengan Bantingan teknik 1. Rupanya Bantingan yang
diajarkan kembali oleh Honesty, Sang Putri Bantingan –julukan yang diberikan
oleh teman-temanku- ternyata ampuh juga. Untung aku masih memperhatikan apa
yang diajarkannya pada kami. Melapun hanya bisa berteriak kesakitan mengetahui
aku telah membantingnya.
“Anak Kampungan! Berani-beraninya
kau membantingku dengan cara kampungan seperti itu! Awas kamu, ya!” Teriak Mela
sambil menjauhiku karena kalah telak dariku dan itu membuatku tersenyum puas.
Sementara yang lain mulai memandangku benci. Dan Aldi mendekatiku dan memegang
tanganku di belakang tubuhku, hingga aku tak bisa bergerak. Seketika teman
sekelasku menggotongku menuju ke kolam ikan yang digunakan untuk pembudidayaan
ikan Lele. Dan akhirnya Aku diceburkan kedalam kolam itu. Bau amis, anyir dan
busuk mulai mengganti bau badanku. Teman-temanku mulai bersorak kegirangan bak
mengejek. Tiba-tiba Aku melihat seorang remaja laki-laki berkacamata dengan tatapan
dingin dan amarah mendorong Siska dan pada akhirnya Siska pun tercebur juga. Teman-temannya
pun mencoba menolong Siska dan menatap tajam Remaja berkacamata tadi. Aldi pun
mendorong remaja tadi dan berkata. “Berani-beraninya kau ikut campur urusan
kami! Ini bukan-“
“Kalau ini
menyangkut tentang sesama Anggota SAKA, Takkan Kubiarkan Kalian menyakitinya!”
Potong Remaja tersebut sambil membentak mereka. Mereka hendak berbicara namun
terpotong ketika Kak Indah, Kak Gabriel, dan Seorang Senior SAKA Wirakartika
menuju kearah mereka. Mereka pun langsung lari menjauhi tempat tersebut. Saat
Kak Indah, Kak Gabriel, dan Seorang Senior SAKA Wirakartika sampai di kolam
dimana aku diceburkan, Kak Indah langsung mengangkatku dari kolam, Kak Gabriel
berterima kasih kepada Senior SAKA Wirakartika dan Remaja berkacamata tadi
langsung menghampiriku.
“Dev, Kau baik-baik
saja? Mereka tidak melukaimu, kan? Kalau Mereka melukaimu lagi, mungkin Fuad
akan membantaiku lebih perih dari yang kau alami. Hehehe....” Tanyanya sambil
mengelus rambutku dan membuatku tenang. Aku pun tersenyum kepadanya dan
menjawab pertanyaannya. “Sama-sama, Ri. Ngomog-ngomong Harry, Kau saudaranya
Fuad? Dan kau ikut SAKA juga? Bukannya Kamu mau pergi ke Brussel besok, Harry
potter nyasar?”
“Yep. Aku
saudaranya. Lebih tepatnya, Sepupunya. Dan Aku ini orang Indonesia, Dodol!
Emangnya Orang Perancis, hah? Dan Aku memang SAKA, tapi bukan SAKA Bhayangkara.
Namun SAKA Wirakartika. Dan soal Aku mau pergi ke Brussel itu salah! Mana
mungkin Aku kesana saat keadaan genting kayak gini! DAN NAMAKU HARRIEL LIONEL
KENNEDY! BUKAN HARRY POTTER!” Hujat Harry dengan nada kesal khas miliknya. Aku
dan yang lainnya mendengar hal itu hanya ingin tertawa.
“Emang kamu mirip sama Harry Potter di multilogy
Novel Harry Potter karya J. K Rowling. Makanya julukanmu jadi ‘Harry Potter
nyasar’. Hehehe.....” Ujarku yang membuat Dia menjadi berteriak histeris. “KENAPA
SIH AKU DISAMAIN SAMA TOKOH FIKSI? PADAHAL NGGAK MIRIP SAMA SEKALI! KENAPA,
TUHAN? KENAPA?”
“Tapi, memang kamu mirip sama Harry Potter, Harry.” Uhar Senior
SAKA Wirakartika dengan wajah yang ‘cukup’ polos dan wajah itulah yang membuat
Harry mutung. Sementara Para Seniorku hanya cengo dan Aku hanya nyengir. Kak
Gabriel pun memperkenalkan Padaku senior SAKA Wirakartika yang telah membantu
untuk menolongku. Namanya Kak Salma. Dia baik dan penyayang. Dan ternyata Dia
mengusahakan Aku untuk keluar dari kelasku yang sekarang ini bersama Dengan
Senior SAKA yang lainnya.
“Ehm... Devi. Aku
ingin bilang sesuatu padamu. Bisa, nggak?” Tanya Harry padaku setelah Aku
berganti baju. Untung Kak Indah sedang memiliki jadwal Olah Raga berenang hari
ini, Namun dibatalkan karena gurunya sedang repot. Jadi, Aku bisa memijam
bajunya sekaligus dalamannya walau agak kebesaran...
“Ehm.. Iya, Aku bisa
Ri. Ada apa, ya? Kok kelihatannya penting.” Kataku sambil bigung. Harry hanya
bisa bengong dan menggaruk pipinya yang memerah. Diapun menarik nafas,
Mengeluarkannya, lalu menghadapkan sebuah bucket berisi bunga mawar merah yang
masih segar dan mengatakan. “Devi Nur Rahma, Maukah Kau menerima bungaku? Aku
tahu Kita berbeda keyakinan. Namun, Aku mencintaimu apa adanya.”
Aku pun terdiam,
Ingin kuterima, Tapi Aku masih memikirkan senyumnya. Aku tak ingin senyum itu
pudar karena Saudaranya sendiri. Namun, Aku akan merasa tak enak apabila
menolaknya. Apa yang harus kulakukan? Kutenangkan pikianku dan kuucapkan yang
sebenarnya. “Maaf, Harry. Bukannya Aku ingin menyakitimu. Tapi, Sebenarnya...
Aku telah mencintai seseorang dan sepertinya Dia juga mencintaiku. Jadi,
maafkan Aku, Harry.”
“Tidak apa-apa. Sudah kuduga. Kau mencintainya, kan? Kalau begitu,
Akan kudoakan semoga Tuhan menyatukan kalian berdua dan takkan memisahkan
kalian hingga ajal menjemput kalian berdua.” Ucap Harry dengan penuh kasih
sayang. Aku pun hanya bisa terseyum lega karena telah jujur terhadap Diriku
sendiri.
Sejak ‘Penolakan
untuk jadi pacar Harry’ (sepert itu Aku menyebutnya) Aku dan Harry semakin
dekat sebagai Sahabat. Namun, Ternyata Harry telah berpacaran dengan Rima,
Sahabatku sejak SMP. Kami pun sering berbicara tentang SAKA, Kegiatannya, PR
kami, dan lain sebagainya. Harry pun terkadang mengajak Fuad untuk bergabung
bersama kami yang berakhir dengan saling pandang diantara kami dan ejekan Rima
dan Harry menjadi-jadi kepada kami apabila itu terjadi.
Tak terasa 2 minggu berlalu sejak kasus itu
dan sekarang Aku hanya berfikir bagaimana caranya aku bisa keluar dari sergapan
Teman-teman sekelasku saat aku akan mengikuti Kemah besar. Semua perlengkapan
sudak kupersiapkan dan kini tinggal berangkat saja. Namun, Aku harus membantu
kawan-kawanku yang masih kurang seperti Honesty yang bingung mencari baju PDL
(Disekitar rumahnya itu orang TNI semua, tidak ada yang mantan Polisi. Malahan,
Harry memintaku untuk meminjamkan baju TNI dari Honesty. LOL :P), Andre mencari
kayu bakar (Rumah Andre ada di kota, jadi disana tidak ada kayu bakar. Yaiyalah
nggak ada kayu bakar. Di perkotaan sekarang memakai kompor gas semua -.-),
Putra mencari tikar (Tikar yang selalu dibawa Putra selalu hilang. Tapi, kok
bisa, ya?), dan lain sebagainya.
Namun, soal materi,
kami selalu saling tanya hingga hafal keseluruhan materi. Honesty yang awalnya
tidak bisa tongkat T akhirnya menguasainya karena Wiwin dan Aku mengajarinya.
Dan Wiwin yang tidak bisa rol pun bisa melakukannya karena Sang Ratu Rol mengajarinya
(tebak siapa...). Dan Fuad yang sering nge-drop jika berhadapan sama Senior
mulai berani menjawab pertanyaan para senior. Semuanya pun telah bagus.
Cuma..... Ada yang mengganjal dariku. Bagaimana aku lari dari mereka yang
menghalangiku untuk mengikuti Kemah besar ini. Dan sekarang Aku dengan Kak Gita
membahas tentang itu 2 hari sebelum keberangkatan kami.
“Jadi, dek. Kamu
sudah siap?” Tanyanya sambil mengangkat alisnya keatas. Aku pun hanya terdiam.
Setelah beberapa lama, Aku pun menggelengkan kepala dan menjawab. “Aku masih
bingung, Kak. Bagaimana Aku kabur dari mereka? Bagaimana caranya?”
“Oh... Soal itu.
Tenang saja. Senior telah memikirkannya, kok. Yang penting kamu harus ikut
dalam hal ini. Dan kamu harus nurut sama Kakak Seniormu atau Kau akan disiksa
lagi oleh mereka.” Ujar Kak Gita dengan sangat jelas.
Aku pun mengeyritkan
dahi. “Benarkah?”
“Ya... Begitulah.
Sekarang, janji kepadaku kalau Kau akan patuh kepada Kakak Seniormu yang lain
dan jangan langgar perintah mereka selama mereka mengevakuasimu.”
“Janji. Eh, Tunggu. Sejak kapan aku butuh dievakuasi?” Tanyaku
kepada Kak Gita yang melongo karena ucapanku tadi.
Hari itu telah tiba.
Semuanya telah datang ke Tempat berkumpul yang telah ditentukan, kecuali Aku.
Mereka duduk dengan perasaan tenang seolah olah tidak ada yang terjadi. Lalu,
Seluruh teman sekelasku datang kesana dengan gaya angkuh mereka.
“Hei anak-anak kecebong,
Dimana Devi?” Tanya Bagas dengan suara yang mengejek. Sementara yang diejek
cuek. Halda yang tidak terima langsung menarik seragam Pramuka yang dikenakan
Diva sambil mengatakan. “MANA DEVI! KAMI TAHU KALIAN MENYEMBUNYIKANNYA, KAN?”
“Dia tak ada disini.
DIA TIDAK ADA DISINI! MEMANGNYA KAMI AKAN MENYEMBUNYIKANNYA, KAN?” Bentak Vivi
sambil meniling Diva dari genggaman Halda. Siska pun melihat sekitarnya dan
membuka mulutnya. “Dia tak ada disini. Lalu, kemana Dia?”
“Mungkin Dia sedang
nyantai dirumah neneknya. Dia pergi kerumah Neneknya yang rumahnya jauh dari
sini.” Ucap Andre enteng. Adit pun berpikir dan mengatakan. “Baiklah. Guys, Ayo
kita pergi.” Dan semuanya pun pergi. Setelah mereka benar-benar pergi, Para Senior
membuat kode dan membuka salah satu tas yang sangat besar.
“Dev, kau bisa
keluar. Situasi aman sekarang.” Ucap Bintang sambil menggoyangkan salah satu tas
yang tela dibuka. Dan Aku keluar dari tas itu seakan-akan baru bangun pagi
harinya.
“Hoaaaam.......
Ehm.... Eh? Mereka sudah pergi? Beneran, nih?” Tanyaku sambil mengucek-ngucek
mataku tanda mengantuk. Semuanya pun mengangguk.
“Iya. Mereka sudah pergi. Tapi, rencana siapa ini? Tidak manusiawi
banget.....” Tanya Elly kebingungan
tetang rencana ini. Aku pun tersenyum sambil berkata. “Tidak usah khawatir...
Ini aman, kok... Walau aku nginep di rumah Kak Salma kemarin dan dibawa kesini oleh
Kak Gita Via tas, Tapi nggak apa-apa, deh.... Yang penting selamat dari
mereka.” Dan sorakan dari teman-temanku pun menyeruak di telingaku. Kami pun
berangkat menggunakan dalmas menuju ke perkemahan yang dituju.
Kami tiba di Tujuan
kami. Setelah kami turun dan mempersiapkan segalanya, Kami segera turun dan
mengadakan Upacara pembukaan. Setelah itu, mulailah hari-hari yang memberatkan
kami. Dari tes materi yag ada, sampai pembenahan-pembenahan materi serta
pemberian materi krida kami jalani selama 5 hari 4 malam. Honesty sempat
pingsan gegara masuk angin dan diambah lagi Vertigonya kumat. Untung Dia
membawa obatnya, sehingga Dia harus tidur dan baru bisa kembali ke Acara
setelah malam tiba. Aku pun juga pernah pingsan. Hal itu terjadi karena Aku
belum terbiasa makan tidak tepat waktu sehingga mag yang kumiliki kumat
kembali. Ternyata Kemah Besar kali ini sangat Sulit dilakukan hingga Aku
berpikir ingin pulang. Tapi, Aku tahu akan berat jika Kami pulang sekarang
karena Kami akan diuji untuk menjadi Senior.
5 hari pun berlalu,
Kami pulang dan sekarang kami telah menjadi Senior. Senangnya Hatiku.... Tapi,
karena Aku tidak menjadi Komandan Monyet, Aku terkena celonengan bersama Wiwin,
Andre, Wati, Rizka, dan Ferdi. Dan kata Elly dan Honesty, coretan yang kami
terima pun kurang banyak. Teganya kalian padaku~~~... Eh, Eh, Eh!? Kok aku jadi
selebay gini, ya?
Setelah Kemah Besar
tersebut, Kami pun menghadapi liburan yang mengasikan yang Kami gunakan
sebaik-baiknya untuk istirahat, lalu Hari pertama masuk pun tiba. Dan
mengejutkannya, Kak Salma, Kak Indah, dan Kak Gabriel menjemputku di Gerbang
depan! Saat Kutanya kenapa mereka menungguku mereka megatakan ini sebuah rahasia.
Dan mataku ditutup oleh kain dan dituntun ke depan pintu. Lalu dibukanya mataku
dan yang mengejutkannya... Aku tidak dikelas XI IPA 7, Namun XI IPA 1, Sekelas
dengan Harry! Hal yang tidak kusangka. Au pun menuju ke kelas baruku, dan
disana disapa oleh seluruh siswa. Aku pun terharu. Saat kutanyakan kenapa
mereka meu membantuku, Mereka mengatakan bahwa seluruh anak Kelas X IPA 7 naik
kelas semua. Dan mereka pasti takkan menemukanku apabila Aku dipindahkan ke
kelas lain. Jadi, itulah yang terjadi.
Ternyata Anak kelas
XI IPA 1 banyak yag mengikuti kegiatan. Dan kebanyakan mereka ikut SAKA
Wirakartika. Berhubung Aku adalah satu-satunya yang mengikuti SAKA Bhayangkara,
Aku pun sering ditanyai tentang kegiatan apa saja yang kami lakukan dan materi
apa saja yang diajarkan. Berhubung Aku seorang Provost, Jadi aku bisa menjawab
pertanyaan-pertanyyan mereka.
Hubunganku dengan Harry tetap sebagai Sahabat, Cuma kali ini Dia dengan Rima teah putus karena ternyata Rima
selingkuh. Jadi, dia masih Single, sih... Tapi, masalahnya Hubunganku dengan
Fuad makin kuat dan malahan kami telah berpacaran! Tapi Harry telah melirik ke
gadis lain, sih... Siapa lagi kalau bukan Dia. Dan sekarang Harry adalah
seorang dewan Putera SAKA Wirakartika. Jadi, jika Anggota SAKA Wirakartika
minta sesuatu kepada SAKA Bhayangkara, Dia pasti akan memberitahuku atau Fuad atau Honesty.
“Teman-teman, Tadi
Harry minta kepada kalian untuk mengundang Anggota SAKA Wirakartika menghadiri
PAB yang akan kita laksanakan. Jadi, Bisa, nggak?” Tanyaku kepada semua
teman-temanku yang ada disana. Andre pun menjawab. “Well. Boleh saja. Infinite,
kok. Asal ada undangannya...”
“So pasti, Andre Pe
ak!” Teriak semua anak yang ada disana, Sementara Andre hanya bisa menutup
telinganya dan berguman ‘Apa salahku?’. Sementara Honesty hanya bisa mengangkat
sudut bibir kirinya.
“Jadi, Aku boleh
kesana?” Tanya Harry tepat dibelakang Honesty. Teman-temanku hanya bisa
berteriak melihatnya. Hanya Honesty yang langsung menutup telinganya dan
setelah teriakan semua Teman-temanku berhenti, Barulah dia mengelus dadanya.
“Harriel, Jangan
yang aneh aneh! Kau mengagetkanku, tahu!” Kata Honesty sambil mengelus dadanya.Sementara
Dia hanya bisa tertawa renyah. Sementara yang lain hanya bisa heran mengapa
Harry bisa mengetahui tempat kami biasanya berkumpul.
“Nggak lucu, Ri.
Terus, kenapa kau kesini, hah? Mau meminang ‘pacar’mu itu? Atau kau mau
menggangu rapat kami?” Tanyaku penuh selidik. Harry pun memegang tangan
Honesty, tapi diterpis oleh Honesty. Aku pun hanya bisa menahan tawa karena
mengetahui jawabannya.
“Tentu saja
menjemput Honesty sayangku..” Ucapnya dengan wajah paling polos, sementara
Honest langsung berteriak ‘GUE SAMA LU? NAJONG’ Yang berakhir adu mulut antara
mereka yang lama kelamaan menjadi perang sepatu. Yang lainnya hanya bisa
tertawa melihat ‘perang sepatu’ antara ‘Harry Potter nyasar’ dengan Honesty
Erliza Nirmala Cahyani.
‘Terimakasih,
teman-teman.’ Batinku sambil menutup mataku, merasakan hembusan angin yang
merasukinya. Daun pun berguguran, Dan tanpa sadar aku tertidur. Beberapa lama
kemudian, Bintang membangunkanku dari tidurku dan mengajakku menuju ke toko
membeli makanan. Saat Aku bangun, Honesty sedang mengejar Harry, Sementara yang
lain hanya melongo, Tapi Fuad tidak ada disana. Kata Putra Fuad sedang membeli
minuman untuk kita semua. Dan Aku pun pergi bersama Bintang karena jadi membeli
makanan. Semuanya terasa menyenangkan ketika Semuanya lengkap, Ya...
~FIN~